Tulisan ini saya bagi dalam tiga bagian
- Manusia berusaha dan membuat takdirnya dengan bantuan dan izin Allah
- Allah bisa menyetujui atau merubah takdir manusia
- Sidratul Muntaha ujung semua takdir dan tujuan
InsyaAllah hamba yang fakir ini mencoba menguraikan sedikit yang saya pahami, walau banyak ahli ilmu dan ulama alim lainnya yang lebih mengetahui, wa fauqa kulli zi ilmin alim (QS.yusuf)
- Manusia berusaha dan membuat takdirnya dengan bantuan dan izin Allah.
Sesungguhnya semua peristiwa pada alam dan mahluk dari awal hingga hari akhir telah di kitabkan dalam lauh Mahfuz oleh pena atau qalam.
Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah,Surat Al-Hadid, Ayat 22.
Dari Ali radhiyallahu ‘anhu berkata, “Kami duduk bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan beliau sedang membawa tongkat sambil digores-goreskan ke tanah seraya bersabda, ‘Tidak ada seorang pun di antara kalian kecuali telah ditetapkan tempat duduknya di neraka atau pun surga.’ (HR. Bukhari dan Muslim)
Nah, setelah kita tahu bahwa seseorang sudah ditentukan masuk surga atau neraka, akan timbul pertanyaan dan kesimpulan seperti di atas berdasarkan akal logika manusia yang lemah, “Kalau begitu buat apa kita beramal? Nanti udah capek-capek ibadah ternyata masuk neraka” atau perkataan semisal itu.
Pertanyaan semisal ini pun banyak ditanyakan oleh para sahabat di berbagai kesempatan. Salah satunya adalah pertanyaan seorang sahabat ketika mendengar pernyataan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam’. Sahabat bertanya, ‘”Wahai Rasulullah, kalau begitu apakah kami tinggalkan amal shalih dan bersandar dengan apa yang telah dituliskan untuk kami (ittikal)?”‘ (maksudnya pasrah saja tak melakukan suatu usaha)
Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Beramallah kalian! Sebab semuanya telah dimudahkan terhadap apa yang diciptakan untuknya. Adapun orang-orang yang bahagia, maka mereka akan mudah untuk mengamalkan amalan yang menyebabkan menjadi orang bahagia. Dan mereka yang celaka, akan mudah mengamalkan amalan yang menyebabkannya menjadi orang yang celaka” Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca firman Allah, “Adapun orang yang memberikan hartanya di jalan Allah dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah.” (HR. Bukhari, kitab at-Tafsir & Muslim, kitab al-Qadar)
Summa sabila yassarah.( QS. Abasa). Yang artinya Kemudian kami mudahkan jalannya. Jalan yang dimaksud disini adalah jalan kebaikan dan keburukan.
Allah juga berfirman dalam surat AlBalad “Wahadainahunnajdain” kami tunjuki baginya dua jalan. Yaitu jalan kebaikan dan jalan kebatilan. Mengenai apa dan bagaimana kebatilan muncul dan dampaknya bagi manusia dapat lebih jelas dipahami pada tulisan sebelum ini berjudul “AlHaq vs Batil”.
Sungguh, Kamilah yang menghidupkan orang-orang yang mati, dan Kamilah yang mencatat apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka (tinggalkan). Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab yang jelas (Lauh Mahfuzh) Surat Ya-Sin, Ayat 12.
Jadi jejak dan bekas yang manusia kerjakan ketika didunia inilah seperti rangkaian potret atau lukisan amal. Jika lukisan amal itu bagus maka akan disimpan di illiyyin, dan jika jelek akan di simpan pada sijjin. (Almutafffin)
Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi (tulang belakang) anak cucu Adam keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap roh mereka (seraya berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari Kiamat kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya ketika itu kami lengah terhadap ini. Surat Al-A’raf, Ayat 172. Inilah perjanjian awal manusia untuk menerima hisab, jika ia tidak menyanggupi di awal maka ia tidak akan terlahir atau jika dilahirkan tidak akan mencapai usia balighnya.
Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu. Surat Ash-Shaffat, Ayat 96. Dahulu saya berpaham bahwa ‘apa yang kamu perbuat’ adalah jenis macam sifat yang bisa dilakukan manusia, namun sekarang saya paham bahwa semua gerakan perbuatan itupun juga adalah perbuatan Allah. Wama ramaita walakinnallahurama.
Maka (sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, melainkan Allah yang membunuh mereka, dan bukan engkau yang melempar ketika engkau melempar, tetapi Allah yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mukmin, dengan kemenangan yang baik. Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahuii. Surat Al-Anfal, Ayat 17.
Jika perbuatan manusia itu juga Allah yang menggerakkan maka mengapa dikenakan hisab?.
Halaka Anni sultaniah. (Kekuasaanku telah hilang dariku). Surat Al-Haqqah, Ayat 29. Itulah yang di ucapkan oleh manusia setelah ia mati.
Wahai golongan jin dan manusia! Jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka tembuslah. Kamu tidak akan mampu menembusnya kecuali dengan kekuatan (dari Allah) Surat Ar-Rahman, Ayat 33.
Sultaniah itulah sebenarnya yang merupakan sumber kekuatan dan gerakan yang hakiki hanya milik Allah yang di wakilahkan kepada seluruh mahluk dan benda. Yang bersumber dari la hawla wala quwwata Illa billahi.
Dan mengapa ketika engkau memasuki kebunmu tidak mengucapkan ”Masya Allah, la quwwata illa billah” (Sungguh, atas kehendak Allah, semua ini terwujud), tidak ada kekuatan kecuali dengan (pertolongan) Allah, sekalipun engkau anggap harta dan keturunanku lebih sedikit daripadamu. Surat Al-Kahfi, Ayat 39.
Bahkan seluruh perbuatan baik dan jahat juga tidak akan terjadi jika bukan Allah yang menggerakkannya. Juga termasuk perbuatan gerakan malaikat dan syaitan.
Untuk lebih memahami teori asal kekuatan ini menjelma pada alam dapat anda baca tulisan saya sebelumnya yang berjudul “Kekekalan energi dan Kekekalan Tuhan”.
Allah Nahnu Huwa
Allah menyebut dirinya nahnu
Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur’an, dan pasti Kami (pula) yang memeliharanya. Surat Al-Hijr, Ayat 9. Kita tahu bahwa Quran diturunkan melalui perantara Jibril, namun Allah di sini menyebut istilah kami.
Tidakkah engkau melihat, bahwa sesungguhnya Kami telah mengutus setan-setan itu kepada orang-orang kafir untuk mendorong mereka (berbuat maksiat) dengan sungguh-sungguh?. Surat Maryam, Ayat 83. Pertanyaannya apakah maksud Allah mengutus syaitan?
Dia (Allah) berfirman, “Sungguh, Kami telah menguji kaummu setelah engkau tinggalkan, dan mereka telah disesatkan oleh Samiri. Surat Tha-Ha, Ayat 85. Apakah maksud Allah menguji dengan Samiri.
Sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada akhirat, Kami jadikan terasa indah bagi mereka perbuatan-perbuatan mereka (yang buruk), sehingga mereka bergelimang dalam kesesatan. Surat An-Naml, Ayat 4.
Disinilah kritikal poin yang harus diperhatikan bahwa Allah yang menggerakkan semua perbuatan baik dan buruk tetapi belum tentu itu yang Allah inginkan. Cukup dengan mengizinkan atau, menyetujui peristiwa itu terjadi, itu juga menjadi perbuatan Allah yang sebenarnya secara hakikat mahluk tidak punya daya apapun untuk berbuat. Lalu apa yang menjadi nisbat kepada tanggung jawab konsekwensi terjadinya perbuatan bagi mahluk yang melakukan adalah pada ‘ niat”.
Innama akmalu binniat. Sesungguhnya pekerjaan itu tergantung niatnya. Disitulah berlaku hisab bagi mahluk manusia dan jin yang di wajibkan syariat. Bisa jadi dua hal pekerjaan yang sama namun memiliki nilai berbeda. Misalnya seseorang bersedekah membantu kesusahan orang lain yang satu dengan bismillah mengharap Ridha Allah, dan yang satunya lagi besedekah karena riya’ untuk membesarkan dirinya sendiri. Yang pertama akan sampai kepada Allah dengan ganjaran baik, dan yang karena riya’ akan musnah sia sia.
Maka kunci dari izin segala gerakan adalah bismillah. Sesungguhnya rahasia terbentangnya alam semesta dan ciptaan itu ada pada huruf ba.
Kembali pada hal niat, maka asal tempat terciptanya niat itu ada pada hati atau qalbu. Semua arah pemikiran dan keinginan manusia berasal dari qalbu. Namun munculnya keputusan menjadi suatu perbuatan manusia itu di tetapkan oleh “Fuad” yang di sebut af’idah dalam Al-Qur’an. Af’idah ini merupakan bagian hati yang lebih dalam. Dan hasil perbuatan baik yang akan di pandang oleh Allah ada pada Lubb. Yaitu inti dari pada hati terdalam. Inilah yang di sebut Allah tentang Li Ulil Al-Bab. Inilah yang di maksud hadis Allah tidak memandang rupamu melainkan hatimu. Pada Lubb inilah nilai yang di pandang oleh Allah. Adapun perbuatan maksiat dan sifat jahat ia akan tertolak dari Lubb dan kembali ke qalbu menjadi sampah dan kotoran yang mengkeraskan hati pemiliknya.
Hati manusia terbagi empat bagian, yang terluar adalah sadri. Ia merupakan hati paling cepat merespon hal2 sehari hari, yang merasakan lapang atau sempit. Kemudian qalbu tempatnya angan angan, cita cita, dan sifat hati manusia itu sendiri, qalbun Salim adalah hati yang telah bersih dari sifat2 jahat karena telah di musnahkan oleh Fuad ketika melakukan amal perbuatan baik. Qalbu qasat adalah hati yang keras kotor karena sifat2 buruk oleh keputusan perbuatan jahat pada Fuad yang kembali ke qalbu menjadi sampah. Bagian hati Fuad yang lebih dalam ini adalah tim pengambil keputusan hati yang di isi oleh hasil latihan ibadah, ilmu yang di amalkan, sir. Hasil perbuatan yang baik memperkuat sir menjadi nafs zakiah, dan amalan buruk akan memperkuat nafsu amarah. Bagian inti hati adalah Lubb, inilah tempat Hasanah berharga yang lebih bernilai dari intan permata.
Maka berhati hatilah dengan Fuad ini sebab disinilah yang akan di berlakukan hisab oleh perbuatan yang Zahir setelahnya akan terjadi pada diri manusia. Jika masih di dalam qalbu walau terlintas pikiran rencana buruk sekalipun itu belumlah di ganjar dosa oleh Allah. Bisikan bisikan syaitan hanya mampu bermain di dalam qalbu ini namun ia tidak mampu memasuki wilayah Fuad.
2. Allah bisa menyetujui atau merubah takdir manusia
Ayat Mansukh
Salah satu peristiwa mansukh adalah mimpi para nabi dan orang orang beriman saleh.
Contoh misal mimpi nabi Yusuf, mimpi ibu nabi Musa, mimpi nabi tentang nubuwat nubuwat akhir zaman. Itu semua adalah peristiwa peristiwa nyata yang dalam imu Allah telah terjadi, namun Allah berkendak merubah mundur waktu sebelumnya untuk memasukkan Khabar yang belum terjadi dalam mimpi insan Muhsinin terpilih walau terkadang melalui takwil takwil yang hanya bisa diketahui oleh orang berilmu.
Dan sebagian mimpi merupakan kabar gembira bagi kaum muslimin, terkhusus orang yang bermimpi bertemu Baginda nabi, insyaAllah juga merupakan Khabar Khusnul khatimah karena nabi tidak akan muncul pada mimpi orang fasik atau akhirnya su’ul khatimah. Walaupun saat peristiwa mimpi itu terjadi si orang tersebut masih jahil atau non muslim.
Mansukh terbesar pada alam adalah pada lauh Mahfuz, telah saya jelaskan pada tulisan sebelumnya Kekuasaan Tuhan atas waktu dan teori Relativitas Enstein. Dan mansukh terbesar paling fenomenal adalah kalimah La ilahaillallah Muhammad Rasulullah pada Arsy. Mengapa demikian? akan kita bahas setelah ini pada bab Sidratul Muntaha.
3. Sidratul Muntaha ujung semua takdir dan tujuan
Kisah pak tani menanam pohon mangga. Pak petani menanam pohon mangga, mulai dari bijinya tumbuh dan ia merawatnya menjadi pohon yang besar sehingga akhirnya pun berbuah. Buah inilah yang menjadi ciri atau penamaan pada seluruh pohon itu. Pada saat pohon itu ia masih menjadi biji ia disebut biji mangga padahal belum nampak mangga itu. Demikian juga ketika ia menjadi batang pohon disebut pohon mangga, daunnya disebut daun mangga walaupun mangga itu belum muncul. Ketika buah itu muncul dan masak ketika di makan terasa manis dan nikmat menyegarkan. Sehingga pak tani pun menjadi puas dan berkata kalaulah tidak karena kau buah mangga aku tidak akan menanam dan merawat pohon ini. Jikalau buah mangga ini masam tentulah akan aku tebang dan menanam pohon yang lain.
Pohon Sidratul Muntaha.
Di dalam AlQuran di sebutkan ada pohon sidratul Muntaha.
{ عِندَ سِدۡرَةِ ٱلۡمُنتَهَى
Surat An-Najm: 14, (yaitu) di Sidratul Muntaha,
Tidak di sebutkan apakah pohon ini mempunyai buah, namun pada ayat 15 setelahnya disebut indaha jannatul makwa, di dalamnya ada surga tempat tinggal. Penghuni surga ini kita ketahui pemimpinnya adalah nabi Muhammad SAW.
Arti Muntaha adalah kesudahan atau akhir kembali segala sesuatu. Segala awal juga turun bermula dari pohon Sidratul Muntaha dan akan berakhir kembali kesana. Tak ada mahluk yang mampu mencapai tempat ini termasuk sekalipun malaikat. Hanya nabi kita sayyidina Muhammad SAW yang pernah sampai ke tempat mulia ini ketika perjalanan Israk mikraj dan menerima perintah shalat.
Allah berfirman dalam surat Al Ikhlas tentang keesaaannya sebelum ada segala sesuatu dan sesudahnya hanya Dia yang Ahad. Dan baru sesudah ia berfirman “Allahussamad’ ia tempat meminta, barulah tercipta alam ini sebagai alat untuk para hambanya meminta. Bahkan Allah menamakan namaNya dan sifatNya di sebabkan adanya hamba yang akan membutuhkan sifat sifat AsmaNya. Misalnya nama Allah Rahman karena adanya hambanya yang akan menerima karunia RahmanNya, disebut Abdurrahman. ArRahim karena adanya Abdurrahim, nama AlGhaniy karena Allah telah menetapkan manusia sebagai Fuqara, dsb.
Karena Allah menciptakan untuk As Somad atau Abdul Somad, yang sangat butuh kepada Allah. Muncullah sebutan ikhlas, insan Mukhlisin, manusia yang ikhlas mengabdi kepada Allah. Sehingga Allah akhirnya ikhlas menetapkan dan memilih Khairi khalqihi. Ciptaan terbaik dan sempurna, yang karenanya alam akhirat itu juga menjadi utuh kekal, tanpa harus mengulang ciptaan baru. Law laka ya Muhammad, ma khalaqtal aflak. Kalau jika bukan karena engkau ya Muhammad, maka tidak akan Aku ciptakan alam. Ini bermakna karamah terbesar yang Allah anugerahkan pada Baginda nabi Muhammad SAW adalah syafaat yang pertama adalah syafaat kubra menjadi rahmatan Lil Alamin, hadirnya keikhlasan Allah menetapkan awal dan akhir berdirinya alam ciptaan akhirat tetap kekal abadi dan syafaat khusus kepada umatnya yang taat dan cinta kepada nabi Muhammad SAW.
Allah berfirman dalam akhir surat Muhammad “wallahul ghaniyyu wa antumul fuqara’. Allah maha kaya dan engkau fakir terhadap Allah. Juga dalam surat Al Fathir ayat 15. Inilah penjelasan lain dari Allahussamad’. Cukup dengan merasa fakir dan butuh kepada Allah, bukan kepada benda materi dan makhluk dunia dan juga ikhlas akan ketetapan Allah padanya akan hal baik dan hal buruk maka seorang insan akan mendapat ridho dan keikhlasan Allah memberi Rahmat, Ridha dan surganya walaupun ia tidak melakukan banyak ibadah yang sunah.
Dan pada akhir surat Muhammad Allah berfirman ” jika kamu berpaling akan kami gantikan kamu dengan kaum yang lain dan mereka tidak seperti kamu”. Disini tersirat maksud jika Allah tidak ikhlas dengan berpalingnya umat manusia maka bisa saja Allah memansukh segala ciptaan dan membuat ciptaan baru. Seperti umpama pak tani akan menebang pohon mangga dan menanam yang lain. Nabi Muhammad adalah insan yang paling sempurna kefakirannya terhadap Allah. Sehingga Allah memilihnya sebagai habibillah dan Khairi khalqihi juga khuluqin azim (akhlak terbaik).
Dari Ahad menjadi Ahmad. Pertama kali yang diciptakan Alllah adalah nur arsyinya yang menjadi sebab terjadinya mahluk dan alam semesta. Kemudian Dia menamakan nur itu dengan nama Khairi khalqihi yang muncul sebagai “buah” hasil tujuan utama semua penciptaan. Dan nama Khairi khalqihi inilah yang di nisbatkan menjadi nama nur arsyinya. Ketika buah terbaik itu bernama mangga, maka seluruh awal mulai nama biji, batang, daun yang tumbuh disebut dengan nama mangga.
Pada akhir doa Sayidina akasah terdapat shalawat yang berbunyi “wasallallahu ala Khairi khalqihi wa Nuri arsyihi” yaitu nabi Muhammad SAW.
Ala Yasin habibillah, ala Thoha Rasulillah. Siin adalah hembusan nafas ruh dari Allah terhadap insan, Thoha adalah tujuan akhir yaitu Muntaha. Pada huruf mim dari Ahad menjadi Ahmad. Itulah nur yang kemudian Allah namakan Nur Muhammad. Allah mansukh kan nama Muhammad telah ada pada seluruh penjuru arsyNya walau secara fisik nabi muhammad belum lahir kedunia. Penyebab terjadinya awal kejadian juga disebabkan oleh akhir yang menjadi tujuan.
Pada surat Yasin terdapat ayat yang berbunyi Mahasuci Allah yang menciptakan segala sesuatunya berpasang pasangan semuanya, dari yang ditumbuhkan bumi dan dari diri kamu sendiri dan dari yang tidak kamu ketahui.
Pasangan semuanya disini bermakna luas termasuk, siang dan malam, panas dingin, langit dan bumi, kiri dan kanan, hidup dan mati, dsb, bukan hanya laki laki dan perempuan. Jika semua pasangan pasangan ini di lebur menjadi hanya beberapa pasangan, dan kemudian hanya ada beberapa pasangan yang hanya sedikit, misal langit dan bumi dilebur tinggallah kursy dan Arasy. Jika kursyi dan Arasy dileburkan maka tinggallah tersisa La ilaha illallah muhammadar rasulullah.
Dalam kitab insan Kamil disebut tentang dhamir Huwa yang di maksud adalah nabi Muhammad SAW. Namun jika seseorang bercita-cita menjadi insan kamil justru akan menjauhkan keikhlasan pada dirinya. “Wama tasya’una Illa ayyasya Allah” kamu tidak mampu menghendaki kecuali di kehendaki Allah. Al Insan ayat 30.
Saya pernah berbantahan dengan murid tasawuf ketika membahas tentang nur Muhammad, saya katakan Allah berfirman dalam akhir surat Al Kahfi bahwa Allah memerintahkan nabi Muhammad untuk menjelaskan bahwa ia (nabi Muhammad) adalah manusia biasa sebagaimana manusia lainnya, hanya saja diwahyukan kepada beliau untuk menegakkan kalimah tauhid. Murid itu membantah dan mengatakan law laka ya Muhammad ma khalaqtal aflak. Murid itu betul tetapi tak seharusnya ia lancang berani membantah ayat Qur’an yang telah Allah tetapkan. Dalam Maha Luasnya ilmu Allah, nabi Muhammad adalah akhir yang menjadi awal berdiri kekalnya alam dunia sehingga akhirat.
Jika sesuatu harus ditetapkan dari awal hingga akhir dengan paksaan itu namanya setingan, seperti sinetron atau drama. Permisalan lain ada dua orang kaya raya yang sukses yang memiliki jumlah kekayaan yang sama. Yang satunya kaya karena warisan bapaknya. Sedangkan yang satunya lagi kaya raya dilahirkan dari keluarga miskin dan mulai dari nol merintis usaha sehingga menjadi sukses dan kaya raya. Tentu saja orang orang akan lebih respect dan salut kepada orang kaya yang mulai dari nol, itu lebih sulit dan lebih heroik.
Setiap ruh manusia yang lahir kedunia berasal dari ruh yang Allah tiupkan. Ruh itu berasal dari Nur yang sama, dan di berikan nafsu dan hati yang sama. Termasuk para nabi dan rasul. Para nabi dan rasul juga wali wali Allah orang mukmin dan beramal saleh adalah Khairul barriyyah, makhluk ciptaan terbaik. (Surat Albayyinah). Dan dari makhluk ciptaan terbaik ini Allah pilih satu nama yang terbaik untuk disanding dengan namaNya yaitu Muhammad SAW dan juga menjadi nama dari nur arsyinya.
Ada juga kisah aneh tentang nur yang berbentuk burung merak, lalu ia berkeringat, dan dari keringat bagian bagian tubuhnya nya menjadi umat Yahudi, Nasrani dst, lalu ruh yang memandang bagian tertentu tubuh nur itu menjadi nabi, wali, menjadi orang kafir. Ini adalah kisah batil yang tak jelas dan kacau. Dan jelas bertentangan dengan ketetapan Allah dalam Al-Qur’an. Yaitu akhir surat Al-Baqarah, manusia mendapat ganjaran dari apa yang ia perbuat sewaktu di dunia, bukanlah di alam ruh.
Wallahu A’lam bissawab.